Langsung ke konten utama

Ideologisasi


Kita mungkin sering mendengar sebuah kata yang mungkin terdengar agak aneh dan sedikit asing atau tidak biasa di lingkungan awam yaitu ideologi, tetapi bila kita hidup di lingkungan ilmiah umumnya dan lingkungan kampus khususnya kata ini lebih terdengar agak biasa. Hanya saja bila kita bicara tentang Indonesia hanya segelintir orang yang mengerti saja yang mengerti apa itu ideologi? Kenapa harus ada ideologi? Dimana ideologi bisa diterapkan? Kapan ideologi bisa digunakan? Siapa yang harus menggunakan ideologi? Lalu bagaimana penggunaannya dan pengaruhnya pada perkembangan peradaban dunia? Bila yang bisa dikatakan sebagai kaum intelektualnya saja tidak mengerti soal ideologi lalu bagaimana dengan rakyat awamnya? Mungkin pada kesempatan ini kita bisa menelaah sejenak tentang apa itu makhluk yang dinamakan ideologi.
Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani yaitu ideo dan logos yang berarti penyatuan antara ide dan logika dengan kata lainnya adalah cara berfikir tentang bagaimana memandang persoalan dunia atau kehidupan yang dibuat oleh manusia. Berbeda dengan agama yang dalam bahasa ilmiahnya yang juga bahasa Yunani adalah Theologi yang artinya Theo itu adalah Tuhan dan Logos yang berarti logika yang kata lainnya adalah wahyu (logika Tuhan). Oleh karena itu pula maka agama tidak bisa dijadikan ideologi karena kedudukannya jauh lebih tinggi daripada ideologi. Ketika kita menggunakan ajaran agama sebagai sebuah ideologi maka kita telah mensejajarkan ajaran Tuhan dengan ajaran manusia dan secara otomatis pula kita telah mensejajarkan Tuhan dengan manusia. Tetapi harus diingat juga dan dijadikan catatan bahwa setiap orang yang berideologi harus beragama karena hanya agama yang mampu menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, agama punya patokan sedangkan ideologi tidak punya.
Sebenarnya pengertian ideologi dan cara pandang kita terhadap ideologi sama halnya dengan pengertian kita dan cara pandang kita terhadap dunia politik. Banyak orang menganggap politik sebagai barang haram yang harus dijauhi dan tidak boleh disentuh sama sekali. Ada satu keanehan dan ini sebenarnya salah sama sekali yaitu ketika kita harus membenci sesuatu yang kita sendiri belum pernah tahu, yang kita sendiri belum pernah mengenal dan mengerti, dan kemudian kita dipaksa untuk menjauhinya padahal yang kita tahu sebatas dari apa yang kita dengar dan lihat secara sepintas melalui apa yang sudah dipraktekkan oleh orang lain. Ini berbahaya, karena pada akhirnya kita hanya akan menjadi alat orang lain untuk mencapai tujuannya dengan mengorbankan kita.
Padahal manusia secara sadar maupun tidak sadar telah mempraktekkan politik dalam kehidupan mereka sehari-hari. Contoh kasusnya adalah ketika seorang anak ingin mendapatkan uang jajan lebih dari orang tuanya, tentunya dia akan menggunakan berbagai cara agar keinginannya tercapai. Secara tidak sadar anak itu telah berpolitik hingga akhirnya orang tuanya mengabulkan apa yang diinginkan anak tersebut.
Bila dilihat dari contoh diatas maka politik adalah cara mencapai tujuan dan ideologi adalah ilmu tentang mencapai tujuan. Oleh sebab itu tergantung kita manusianya, apakah akan menggunakan politik itu untuk berbuat jahat atau berbuat baik. Sama halnya dengan sebuah pisau apakah akan kita gunakan untuk memasak, sebagai pajangan, membela diri, ataukah untuk membunuh orang lain.
Asal dan Perkembangan Ideologi
Saat ini ada beberapa ideologi yang telah berkembang dan dipergunakan dunia. Hanya saja kitapun harus bisa pula membedakan antara ideologi dan paradigma pemikiran sebagai ideologi. Yang disebut sebagai paradigma berpikir adalah :
-      Kapitalisme Liberal
-      Komunisme
-      Sosialisme Demokratik
-      Pancasila
Dan yang disebut sebagai ideologi adalah semua selain empat yang telah disebut sosialisme, marhaenisme dan murba.
Bagaimana kita bisa membedakan antara paradigma pemikiran dengan ideologi? Secara sederhana paradigma pemikiran adalah cara memandang sebuah persoalan yang terjadi dan akan dilakukan saat ini atau dimasa yang akan datang sedangkan ideologi adalah sudah merupakan turunan dari paradigma pemikiran karena didalamnya memuat metodologi berpikir, pola, langkah yang harus dilakukan, tata cara, perilaku, parameter, sampai tingkatan garis perjuangan.
Sebuah ideologi harus memikul dan terpikul natur terhadap bangsa yang menganut ideologi tersebut. Ideologi harus berasal dari sejarah terbentuknya peradaban sebuah bangsa, budaya dasarnya, filsafat kemanusiaan yang dianut, filsafat dasar bangsa itu sendiri serta karakter dasar bangsa itu. Sehingga ideologi yang diterapkan telah sangat sesuai dengan cara hidup dan berkehidupan sebuah bangsa dalam proses berbangsa dan bernegara. Karena bila tidak maka kehancuran peradaban sebuah bangsalah yang akan terjadi yang disebabkan oleh ideologi yang dianut bertentangan dengan sifat dasar atau sifat alamiah sebuah bangsa.
Kaitan Ideologi dengan dunia seni dan budaya
Ada dua hal (minimal) di dunia ini yang dijadikan ujung tombak pembangunan peradaban dunia, yang pertama adalah kesenian kebudayaan dan yang kedua adalah media massa. Dua hal yang saling berhubungan erat dan sangat strategis dalam mempengaruhi perubahan peradaban manusia di dunia.
Oleh karena itu sangat mustahil bila seorang seniman atau yang mengaku sebagai seorang budayawan tidak memiliki ideologi. Mereka harus memiliki ideologi yang jelas, karena bila tidak lalu dengan apa dia mampu membangun dunia sebagai sebuah ujung tombak peradaban. Seorang seniman dan budayawan yang mempunyai ideologi sangat tahu apa tujuan hidup bangsanya, kemana arahnya, apa yang menjadi misinya, langkah apa yang harus dilakukan, bagaimana metodenya, bangunan peradaban seperti apa yang akan diciptakan, karakter seperti apa yang akan dibangun untuk manusianya, sikap apa yang harus dianutnya, bagaimana dia bertindak terhadap dunia demi kemajuan seluruh umat manusia.
Dengan semua itulah dia memberitakan kepada dunia tentang apa yang sedang dirasakan oleh bangsanya, apa yang sedang terjadi terhadap bangsanya, dan apa yang diinginkan oleh bangsanya terhadap dunia. Membangun kesadaran terhadap manusia Indonesia tentang bagaimana mereka harus bersikap terhadap dunia, mempunyai harga diri di mata bangsa lain, tidak direndahkan oleh dunia, bermartabat, mengembalikan prinsip-prinsip kehidupan ke dasarnya lagi. Melalui seni dan kebudayaanlah mereka mengajarkan kepada masyarakatnya bagaimana watak bangsa kita sebenarnya. Itulah sebabnya mengapa bangsa Indonesia harus menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945, misi-misi itulah yang harus dia bawa ketika dia berkesenian.
Ideologi dan Indonesia
Lalu sekarang ada beberapa pertanyaan besar yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri sebagai bangsa Indonesia dan harus kita dapatkan jawabannya karena kitalah generasi penerus bangsa ini kedepan. Yaitu apakah kita sudah berideologi, apa filsafat kemanusiaan yang kita anut, dasar filsafat apa yang kita terapkan dalam hidup kita, Ideologi apa yang dianut oleh bangsa kita? Bila kita mau menganalisa terhadap realitas yang terjadi saat ini sangat jelas terlihat ternyata bangsa kita tidak mempunyai ideologi sebagai sebuah keyakinan yang dianut dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik itu oleh Negara maupun oleh rakyatnya.
Semua yang terjadi sampai saat ini entah telah berapa lama selalu saja terjadi secara tiba-tiba tanpa kita pernah mengerti asalnya darimana. Tiba-tiba saja kita menganut faham kapitalisme liberal, tiba-tiba saja kita menganut faham komunisme, tiba-tiba saja kita menganut faham sosialisme demokratik, tanpa kita pernah mengerti apakah itu cocok dengan bangsa kita atau tidak, apakah sesuai dengan dasar filsafat mempergunakan Kapitalisme Liberal sebagai ideologi mereka itu cocok dengan mereka karena dasar filsafat kemanusiaan mereka adalah materialisme begitu pula dengan komunisme dan sosialisme demokratik. Ideologi-ideologi tersebut berakar pada dasar filsafat yang sama sedangkan kita jauh sangat berbeda. Mereka telah menemukan jati diri mereka melalui sebuah proses perjalanan sejarah dengan dinamika yang sangat panjang. Sedangkan kita tidak tahu dan tidak pernah mengenal siapa diri kita yang sebenarnya. Lazimnya bangsa-bangsa yang terlalu lama dijajah selalu mempunyai sifat inferior (rendah diri, tidak percaya diri), inlander, mental budak. Mereka tidak pernah bangga menjadi diri mereka sendiri tetapi lebih bangga bila mampu seperti orang yang menjajah mereka. Itulah sebabnya kita sering melihat anak muda dan para orang tua kita berusaha mewarnai rambut mereka hingga mirip dengan orang asing, berpakaian yang aneh-aneh yang sudah tidak sewajarnya lagi sebagai manusia.
Semua masuk dengan bebasnya tanpa ada satupun yang mampu mencegahnya sehingga membuat bangsa kita tampak tak berdaulat di negerinya sendiri. Pernahkah kita menyaring, mengkritisi kemudian menentukan budaya seperti apa yang boleh dan yang tidak bisa masuk ke Negara kita, melalui film, televisi, radio, surat kabar, iklan, entertainment, komik, buku, yang berefek langsung terhadap perkembangan kebudayaan bangsa kita dan generasi kita khususnya tanpa kita mampu menolak dan mencegahnya. Itulah akhirnya kita dan generasi kita khususnya tanpa kita mampu menolak dan mencegahnya. Itulah akhirnya kita bisa melihat runtuhnya budaya kita sebagai bangsa Indonesia, bagaimana perempuan-perempuan kita mempermalukan dirinya sendiri dengan memperlihatkan auratnya ketika berbusana yang katanya agar dibilang modern, dan yang laki-lakinya sudah tidak kenal lagi siapa dirinya, mencontoh kepada mereka yang tidak patut di contoh karena kita memang kehilangan figur panutan yang dapat di contoh. Itu pula sebabnya kita tidak pernah mampu bangkit dari bencana yang tengah menimpa, apalagi berharap kita mampu bersaing dengan Negara lain sebuah mimpi yang tidak jelas dan hanya kita yang mampu mewujudkannya.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa kita. Ini adalah sebuah kekeliruan pandangan dan pemahaman yang telah diterapkan oleh Orde Baru sejak mereka berkuasa sampai sekarang. Padahal para founding fathers kita telah menggariskan dengan jelas bahwa Pancasila adalah Philosophie Grondslaag bangsa kita, dia jauh lebih tinggi dari sekedar ideologi. Dia mengandung seluruh budaya dasar, dasar filsafat, sejarah yang digali dari perut bumi pertiwi ini. Dia tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi karena Pancasila terlalu cair, tidak bermetode, tak terukur, tidak rigid. Tetapi Pancasila sebagai sebuah Philosophie Grondslaag sudah pasti mempunyai sebuah turunan ideologi karena kita telah mempunyai Undang-Undang Dasar, sedangkan UUD itu sendiri adalah turunan dari sebuah ideologi. Dan juga Pancasila mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada seluruh ideologi-ideologi dan semua paradigma pemikiran yang ada didunia. Oleh sebab Pancasila dapat dipandang dari setiap sudut pandang ideologi dan paradigma yang ada didunia. Oleh sebab Pancasila dapat dipandang dari setiap sudut pandang ideologi dan paradigma pemikiran yang ada.
Dari situ kita bisa menarik kesimpulan bahwa ternyata kita pernah punya sebuah ideologi, tetapi pertanyaannya adalah apa dan kemana ideologi tersebut? Sejak pemerintahan Orde Baru pula ideologi tersebut dipendam dalam tanah dan tak pernah dimunculkan ke atas permukaan sebagai sebuah ideologi Negara. Padahal dengan jelas sekali para founding fathers kita mengatakan bahwa revolusi belum selesai, ditandai dengan belum terbentuknya Nation Character Building bangsa kita, namun pada saat itu kita telah punya ideologi sebagai juklak-juknisnya. Lalu apa ideologinya? Sebenarnya itulah yang telah banyak orang sebutkan yaitu Marhaenisme. Hanya saja sebuah ideologi harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi. Kita perlu mengadakan pengujian ulang terhadap Marhaenisme apakah masih sesuai dengan zaman yang berlaku apa tidak? Bila tidak, maka kita sah melakukan perubahan terhadap Marhaenisme entah nanti akan kita namakan apa.
Maka sekarang sudah menjadi tugas kita sebagai penerus untuk menemukan kembali siapa kita sebenarnya, apa dasar filsafat kemanusiaan kita, apa ideologi yang harus diterapkan. Agar kita mampu duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia dan ikut dalam pertarungan dalam mempengaruhi dunia atau dengan kata lain menjadi factor penentu dalam perubahan dunia dan bukannya menjadi korban dalam pertarungan dalam usaha menguasai dunia oleh ras-ras berpengaruh serta berkuasa di dunia.
Ideologi dan perkembangan dunia
Pada saat ini kita hanya tahu dari apa yang kita dengar tetapi kita bahkan tidak pernah mengerti apa makna dari ideologi tetapi kita sering dengar orang lain bicara soal Kapitalisme Liberal, Komunisme, Sosialisme Demokratik, dan sebagainya.
Para penguasa di negeri ini, para orang tua kita, bahkan teman-teman kita sendiri sering berkata kepada kita bahwa Komunisme adalah barang berbahaya dan perlu dijauhi. Tetapi mereka tidak pernah mengenalkan ataupun mengajarkan kepada kita tentang apa itu komunisme, bagaimana ajarannya, apa prinsip dasarnya, seperti apa metodologinya, dimana jahatnya, kenapa kita harus benci komunisme, apakah benar komunisme berbahaya bagi kehidupan manusia. Ini adalah pembodohan tersistematis dan masih berlanjut sampai sekarang, kita diminta untuk memusuhi sesuatu yang kita tidak pernah kenal dan bertemu. Seharusnya kita dikenalkan lebih dulu setelah itu kita bisa mengetahui kebenarannya. Yang jelas bila kita mengakui bahwa kita beragama dan kita punya Tuhan kita tidak akan pernah takut sesuatu yang buatan manusia karena kita mengakui bahwa ajaran Tuhan adalah ajaran tertinggi dari semua ajaran yang ada di bumi.
Sama halnya dengan Kapitalisme Liberal, kitapun harus mengetahui dimana jahatnya, kenapa kapitalisme dapat dikatakan mengeksploitasi manusia, menghancurkan kehidupan manusia. Apa yang dijadikan para penganut kapitalisme sebagai sebuah standar selalu bermakna ganda (ambigu) baik itu bicara demokrasi, hokum, HAM, ekonomi, social, politik, dan sebagainya terhadap dunia. Yang artinya apa yang mereka perlakukan terhadap dunia tidak akan pernah sama dengan yang mereka perlakukan terhadap diri mereka sendiri.
Kapitalisme mengakui adanya sebuah perubahan bahwa penjajahan secara fisik tidak akan pernah abadi. Oleh karena itu mereka mengubah metodenya, mereka sangat mengerti bahwa untuk menguasai manusia maka yang perlu mereka lakukan adalah menguasai kebutuhan dasarnya (basic need) maka hal itulah yang akan abadi karena basic needs manusia tidak akan pernah habis selama dunia masih ada. Oleh karena itu Kapitalisme mempunyai sebuah prinsip dasar teori yang sangat ampuh yaitu : Temukan, pelihara, hancurkan.
Dengan itulah mereka menguasai dunia, sampai pada akhirnya manusia kehilangan keyakinan mereka terhadap prinsip dasar Ketuhanan mereka dan tergantikan oleh yang namanya uang, hand phone,computer, barang-barang elektronik, dan lain-lainnya. Kapitalisme telah berhasil menggantikan nilai dan orientasi manusia dari nilai-nilai kemanusiaan yang juga sebuah intisari dari nilai Ketuhanan menjadi nilai-nilai kebendaan (material) yang pada akhirnya Tuhan itu sendiri menjadi sangat defensive karena diujungnya Tuhan hanya dijadikan sebagai sebuah alat pembenaran dari tindakan yang diambil tanpa ada nilai-nilai Ketuhanan itu sendiri. Akhirnya benteng-benteng akidah manusia hancur dengan sendirinya akibat serangan-serangan yang beruntun dan terlihat sangat humanis (manusiawi) melalui media massa (film, iklan, surat kabar, buku, radio, majalah) juga para kolaborator Kapitalisme mereka seperti para pejabat Negara (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) para orang-orang indo atau keturunan yang jelas sekali rasa memiliki terhadap bangsa ini sangat rendah dan mereka hanya merasa numpang hidup di negeri ini untuk menjarah tanpa memikirkan apa bagi perkembangan bangsa ini di masa yang akan datang.
Dengan cara-cara seperti itulah mereka menghancurkan bangsa lain dan kemudian menguasainya. Maka melihat hal-hal seperti itu masih banyak tugas kita sebagai generasi muda bangsa ini untuk membuat perubahan dan membuat negeri sesuai dengan cita-cita dan harapan ketika pekik kemerdekaan dikumandangkan. Bila generasi ini tidak mampu melakukan perubahan apapun atau tidur nyenyak dibawah alunan nyanyian kebodohan, maka tinggal tunggu saatnya bangsa dan negeri ini hanya akan jadi tinggal kenangan. Karena hanya tinggal generasi kitalah yang menjadi harapan terakhir dan setelah itu tinggal kenangan.

Komentar

Postingan Populer