Menapaki Jalan Yang Telah Engkau Tempuh

Assalamu'alaikum,

Kepada kakanda, manusia pilihan Sang Agung.

Semoga jalan yang engkau pilih selalu diterangi oleh cahaya dari Maha Cahaya,

Semoga apa yang menjadi haq mu senantiasa membinasakan yang bathil, seperti apa adanya dirimu selama ini.

Terlintas dibenakku ketika aku melihat para pejuang muda yang menghiasi hari-hariku, aku teringat engkau.

Ketika kau membuka mataku tentang dunia, aku bersyukur bahwa kau tercipta.

Kau sambut tanganku ketika aku terjatuh,
Kau hapus air mataku ketika aku menangis, bahkan sebelum air mataku menetes ke bumi.

Duhai Singa Podium, Raja Lapangan, Malaikat Forum, Sang Buldozer, Panglima Besar Revolusi, apapun sebutan tentang dirimu, betapa bangganya aku dapat menyebutmu dengan panggilan "Abang".

Kakanda sekalian yang telah memahatkan karyanya di panggung sejarah dengan air mata dan darah,
Para Pekerja Cahaya,
Kekasih dari Yang Terkasih,

Tetaplah berpijar menyinari bumi pertiwi,
Tetaplah menjadi pelita bagi gugusan nusantara, tempatmu dilahirkan dan insya Allah tempatmu berpulang.

Kakanda,
Aku melihat sorot tajam mata para pejuang muda kita,
Aku mendengar nyanyian mereka dijalanan,
Dan aku melihat dan mendengar lintasan peristiwa dan jalan yang telah kutempuh melalui jiwa-jiwa polos mereka,

Lalu kualihkan pandanganku ke cermin, aku melihat sosok engkau dalam diri ini...

Aku melihat kata demi kata yang telah engkau patri di lubuk sanubari ini,
Aku mendengar lisan yang telah terucap dari kalbumu yang penuh kasih,
Dan dengan bangganya aku mengatakan bahwa aku segagah engkau.

Namun kakanda,
Ketika aku melangkah, ketika itu juga aku sadar betapa beratnya langkah yang telah engkau tempuh,
Ternyata pengorbanan darah dan air mata tidaklah cukup, jiwa dan raga pun ikut terenggut,
Dan setelah aku sadari hal itu, aku semakin mengagumimu.

Di hari ini kakanda,
Aku menempuh perjalanan yang rintangannya tak sampai setengah dari yang telah engkau lalui,
Yang cobaannya tak sampai setengah dari yang telah engkau lewati.

Aku memikul dan terpikul naturku,
Karyaku tak semegah, tak seindah, dan tak secantik karyamu,
Dan pencapaianku tak sampai setengah dari yang telah engkau capai.

Namun aku tetap berjalan, dan insya Allah akan terus berjalan sampai akhir hayatku.

Di hari ini hanya hayat di kandung badan yang bisa kuberikan sebagai balas budiku.

Wassalamu'alaikum.

*terinspirasi dari surat pribadi Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman*

Komentar

Postingan Populer