Menuai Kebaikan
Kasih, mencintai dan dicintai oleh Ibunda merupakan
hal terbaik yang pernah aku alami dalam hidup. Bersama kasih sayangnya
menelusuri kehidupan menjadi ringan dirasakan. Doa panjang yang dibalurinya ke
tubuhku di setiap malam panjang menjadi cahaya pelita bagi perjalanan hidupku.
Aku, anaknya yang nakal ini sangat beruntung memiliki Ibu yang tangguh
menghadapi hidup. Ada beberapa hal dalam hidup yang menjadi prinsip dalam
menjalani pergaulan masyarakat yang aku jalani. Dimana segala bentuk ragam
masyarakat menjadi tempat aku berkecimpung berolah rasa dan saling menghormati
dalam kehidupan dan saling mengingatkan dalam kedamaian dan kesulitan. Diantaranya
adalah pintu-pintu kebaikan yang hadir dari belaian kasih seorang Ibu. Dimanapun
aku berada selalu saja mengupayakan untuk berbuat baik kepada siapa saja, lalu
kemudian muncul pertanyaan, apa yang aku dapatkan dari melakukan kebaikan?
Jawabannya adalah melakukan kebaikan yang berdampak pada kehidupan Ibuku.
Di masa-masa
sekolah aku menghindari menghamili anak perempuan seseorang agar tidak
mencoreng wajah Ibuku dan membuatnya malu. Di masa kuliah aku mengupayakan
kebaikan kepada teman-teman agar Ibuku karirnya bagus. Ya, memang semuanya tak
saling terkait secara langsung tetapi itulah keyakinanku. Keyakinanku adalah
ketika kita berbuat baik dan sopan kepada perempuan maka Ibuku akan
diperlakukan sama baiknya oleh orang lain. Keyakinanku adalah ketika aku
membuka pintu kebaikan pada orang lain kuberharap bukan kebaikanku yang kudapat,
tetapi kebaikan bagi Ibuku. Hingga hari ini aku masih sangat mempercayai
keyakinanku tersebut, berlaku santun kepada masyarakat agar Ibuku tak di hina
orang karena berstatus orang tua tunggal. Semua ini kulakukan bukan tanpa
cobaan, tetapi tak perlu kutuliskan episode-episode naas yang hanya akan
menimbulkan kebencian, karena aku sedang menceritakan tentang pintu kebaikan
untuk Ibuku yang kuusahakan sepanjang hidupku.
Masa-masa kecil
aku dan adikku adalah masa dimana kita gandrung akan segala nasehat Ibuku. Dia katakan
jangan, kami ikuti, dia katakan boleh kami amini. Teringat masa-masa kami
menjual es plastik dan ojeg payung, membantu urusan keuangan Ibunda sangat kami
gemari, karena kami melakukannya sambil bermain dan menyenangkan. Memang ada
episode menyedihkan dimana orang tua kami berpisah cerai, tapi kami lalui itu
semua tanpa terasa karena banyaknya kegiatan. Tak pernah kami terlalu larut
dalam kesedihan, walaupun alam bawah sadar kami bertolak belakang dengan
kenyataan kami, tetapi kami mencoba untuk kuat dan setangguh Ibunda. Hingga
datang pun hari dimana Ibunda mengalami kekecewaan yang sama yaitu bercerai
untuk kedua kalinya, kami melakukan berbagai tindakan agar Ibunda tidak larut
dalam kesedihan. Memang kami adalah anak-anak yang terguncang kejiwaannya
karena beragam trauma, tetapi hal itu tak kami jadikan perkara yang
berlarut-larut. Sekarang di tengah kesendiriannya kami menemani Ibunda di hari
tuanya dan menjadi kesempatan ladang ibadah bagi kami untuk berbakti. Kami
berdua tak punya apa-apa selain punya Ibu dan itu cukup bagi kami.
Kebaikan dari
rahmat Allah SWT ini sangat kusyukuri, banyak dari anak-anak di luar sana tidak
memiliki orang tua dan terlantar kehidupannya. Aku berharap agar anak-anak yang
tak seberuntung kami dapat memiliki harapan yang sama untuk bahagia dan
memiliki keluarga juga dengan pasangannya masing-masing. Belum banyak yang bisa
kuperbuat bagi anak-anak yang kurang beruntung tersebut, kuberharap suatu hari
nanti aku dapat berbuat sesuatu. Malam ini Ibunda sedang mengaji di Mushollah
di rumah kita, indah sekali terdengar di telinga. Setelah menulis risalah ini
aku juga akan mengaji juga, sebelum tidur agar mendapat ketenangan di hati.
Tahun 2018 hingga 2019 ini masyarakat sedang berpolitik, gemas melihatnya di
sosial media tetapi ya sudahlah, mungkin memang mesti melalui proses demokrasi
seperti sekarang ini, aku memang sengaja fokus kepada masa lalu dan masa depan,
karena buatku masa kini adalah masa kekonyolan berjamaah, jadi sengaja aku
skip. Kembali ke berbuat kebaikan dan manfaat yang kita peroleh dari kebaikan,
setiap yang kita perbuat demi kebaikan tentunya ada timbal baliknya, dan memang
tak selamanya langsung kembali ke kita kebaikan tersebut, tetapi kebaikan yang kita
terima bisa melalui Ibu kita, adik kita, istri kita, bapak kita, paman kita, bibi
kita atau anak-anak kita. Jangan khawatir pada prosesnya dalam berbuat
kebaikan, selalu saja ada jalan yang dibukakan bagi kita oleh Allah SWT untuk
kebaikan kita pula dan apabila ternyata semua timbal balik tersebut terjadi
secara bersamaan terhadap kita, tentunya anugerah yang indah sekali, jadi tak ada
yang perlu dirisaukan.
Kebaikan ini
bentuknya bisa persahabatan atau persekawanan, bisa juga silaturahmi yang terus
terjaga, bisa pula kesehatan yang bagus, adapula mungkin bisa jadi mendapat
sahabat baru atau kawan baru dan mendapat pasangan jodoh kita nantinya. Cara
kebaikan menghampiri kita melalui beragam jalan, ada dengan cara-cara bagus
yang menjadi anugerah dan adapula dengan cara-cara buruk yang menjadi hidayah.
Perluas makna kehidupan, asah pikiran agar selalu jernih menghadapi persoalan
dan asuh hati untuk melapangkan berbagai peristiwa kehidupan yang terjadi bagi
kita. Karena sesungguhnya kita tidak sedang bekerja untuk diri kita sendiri,
tetapi bekerja untuk kebaikan sesama manusia sehingga meskipun dampaknya di
dapat secara personal, tetapi pengaruhnya kepada kualitas kehidupan kita yang
menghadirkan kesejukan dan kenyamanan. Memang untuk sebuah kebaikan pun kita
mesti memperjuangkannya, justru karena begitu berharga sebuah kebaikan mesti
diperjuangkan. Agar kita secara bersama-sama menjadi insan yang menebar
keramahan dan kebaikan untuk sesama, oleh sebab itu perjuangan untuk meraih
kebaikan begitu berarti. LIN
Komentar
Posting Komentar