Istana Kardus

Biarkan aku disini sendiri
Ditemani lalu lalang knalpot bising
Hidup ini bagai pungguk yang tertimpa purnama
Kaya tidak, miskinpun tidak, biasa saja

Sirene ambulan kembali menyadarkanku akan mati
Ya, aku kamu kita semua akan mati
Apa yang tersisa dari diri ini
Selain air mata mualim dan tengkorak busuk

Nyanyian tentang rindu akan kujelang
Tarian tentang merdeka akan kupeluk
Tembang tentang nasib negeri kembali di dengungkan
Seperti hari kemarin aku masih berjalan mengejar jaya duniawi

Aku yang mengasihani diri sendiri
Mencoba untuk memetik nada demi nada
Aku yang meratapi nasib
Merangkak, tiarap, bersujud hanya untuk kehendak sang khalik

Jalan nestapa telah kulalui
Tampak belum cukup
Jalan nelangsa telah kutapaki
Tampak hanya khayal
Jalan rindu telah kudaki
Tampak bertepuk sebelah tangan
Jalan cinta telah kupeluk
Tampak hancur hati ini

Berkeping-keping sudah jiwa
Terbelah oleh angan dan nyata
Bisikan dikepalaku tak mau berhenti
Akupun hanya bisa menulis

Jejaka kelana bercumbu dibawah rintik hujan
Mencoba menari di antara angin
Bersama trotoar saksi perjalanan
Hanya berjalan di kehendakNya
Terlena dalam kasih Tuhan
Lupa pada sesamanya

Teringat yang jauh disana
Kapan kita kan berjumpa lagi
Kalaupun aku disana, aku hanya akan mengingat yang disini
Bagai angsa yang terbang dengan gemulai
Tak lagi elang yang terbang sendirian

Mempercantik diri dalam angan
Jantan dalam jiwa yang hampa
Inikah dia kehilangan
Akan kutelusuri jalanMu duhai Tuhan
Sampai akhir hayat

Telah kutemukan kamu duhai segala maha
Aku takkan mau kehilanganMu
Demi apapun

Liar ditemani kupu-kupu
Terluka bersama kucing kecil disampingku
Esok belalang inipun takkan mengenaliku
Biarlah aku hanya bayang yang hilang di kala malam menjelang

Secangkir kopi kembali berceloteh kepadaku
Tentang apa yang sudah kupelajari hari ini
Sebungkus rokok hanya cintaku
Sebatang demi sebatang kubunuh dia
Hilang tinggal abu.

Lakuku sudah seperti raja tanpa mahkota
Kardus bekas istanaku
Dipercantik karung semen
Harapku memikat jelita
Yang meludahpun enggan di mukaku

Nafas ini masih berhembus sadarku
Hari ini akan kulewati seperti kemarin
Masih dengan jasad yang membelenggu
Bakar aku di neraka duhai malaikat
Karena aku selemah-lemahnya insan

Tak mampu kutatap mata matahari
Tak mampu kutinju kesombongannya
Tak mampu kuhunuskan pedang ke ulu hatinya
Hanya mampu berandai-andai
Hanya mampu bertutur kata
Hanya mampu tulis

Menanglah duhai kaum papa
Kuatkan imanku melawan tirani
Kuatkan imanku melawan tirani
Kuatkan imanku melawan tirani
Kuatkan imanku melawan tirani

Komentar

Postingan Populer