Menyeru Angin Runtuhkan Pijak

Kubisikan rinduku kepada angin
Kulangkahkan kakiku kepada sang malam
Kutitipkan harapku kepada rembulan
Kutengadahkan wajahku kepada gemintang

Masih seperti kemarin aku mendambamu
Haripun segera berlalu bayangmu masih disini
Temani sungai yang mengaliri dahagaku
Disisiku, jalan yang berbatu

Ketika angin menerpa wajahku
Akupun tahu kamu enggan menyibakan tiraimu
Membiarkan aku nelangsa disini
Menemani rerumputan basah diterpa hujan

Selamat datang hari esok
Aku menunggumu penuh harap
Datang mendekap mesra asmaraku
Pergi ketempat kutautkan tembang tentang kamu

Rintik hujan bawalah rinduku ke laut
Lelaki fana tertawa menatapku
Remehkan kata hanya lukaku
Menginjak tindak abdi cahaya

Gamang kusentuh butiran embun
Hancurkan angan hampa dibenak
Hamparan pasir yang kuinjak
Mengingatkan aku kepada kisanak
Hari yang lepas menghilang dihapus kebatilan
Bertekuk lutut menghamba kemunafikan
Begawan gaungkan laga kurusetra
Demi lepasnya batin dari raga
Darah mengalir dengan murahnya
Nyawa hilang bagai membalikkan tangan
Kemana nirwana kahyangan
Pilu kumenatap ranah yang tak bertuan
Merindukan keadilan
Mendamba kebenaran
Berhala lukisan
BerTuhan kata
Berdo’a terus berdo’a sampai kata tak sanggup lagi menyampaikan makna

Beranda Bukit Cengkeh, Depok 15122011

Komentar

Postingan Populer