Cintai Aku satu hari kucintai Kamu Selamanya
Kuberjalan dijalan sunyi ini
Kutelusuri jejak ditepian pantai
Tergerus debur ombak samudera
Menuju cakrawala senja laut jawa
Ingin kutemani perjalananmu
Seperti hari yang telah lalu
Namun apa dayaku
Kamu berlalu dihadapku
Buliran debu ini ditiup angin
Menghilang ditelan angan
Tetes air diseka lembutnya jemari
Terhapus oleh kehendakmu akan hari esok
Bulan sabit ini terus merayu
Seakan dunia ini digenggamnya
Begitu mudah gemintang datang dan pergi
Beralih kesana kemari melintasi langit menghitam
Sepuluh purnama telah berlalu
Kuucap syukur atas hari yang berlalu
Gema beduk mesjid bertalu-talu
Sampailah hari kamu dihadapku
Pilu menapaki titian awan dilangit
Terjatuh lagi dikertas yang kusam ini
Pena ini tak dapat kuhentikan
Terus menari tanpa henti
Jiwa yang tak bernada ini
Merindukan tembangmu kekasih
Tatapan yang tak berwarna ini
Merindukan coretan kuasmu
Dipenuhi angan mencoba melukiskanmu dalam kata
Tertempa nelangsa menggapai asa
Helaan nafas yang terbata-bata
Sampaikah pada waktu yang dinanti
Pemujaan makna melebihi benak
Telaga rindu tak mampu menahan gejolak
Apakah aku kamu hanyalah bayang semu
Entahlah biarkan Yang Terkasih berkehendak
Berpijak pada angan memilah lapisan tanah
Mencoba mencari tahu atas apa diri ini
Deru angin menjawab tanya
Kita dan taman sari bunga pujangga
Kutatap wajah nanarmu
Dingin kugenggam jemarimu
Menahan berwindu belenggu
Mengapa hari ini datang menjelang
Tak sanggup kutelusuri jalan yang telah kamu tempuh
Tak seberapa dayung yang kukayuh
Namun aku kamu dipertemukan diantara reruntuhan rumah tak bertuan
Inikah takdir duhai Pemilik Diri ini
Satu hari pintaku
Cintai aku
Milikmu
Selalu
Kutelusuri jejak ditepian pantai
Tergerus debur ombak samudera
Menuju cakrawala senja laut jawa
Ingin kutemani perjalananmu
Seperti hari yang telah lalu
Namun apa dayaku
Kamu berlalu dihadapku
Buliran debu ini ditiup angin
Menghilang ditelan angan
Tetes air diseka lembutnya jemari
Terhapus oleh kehendakmu akan hari esok
Bulan sabit ini terus merayu
Seakan dunia ini digenggamnya
Begitu mudah gemintang datang dan pergi
Beralih kesana kemari melintasi langit menghitam
Sepuluh purnama telah berlalu
Kuucap syukur atas hari yang berlalu
Gema beduk mesjid bertalu-talu
Sampailah hari kamu dihadapku
Pilu menapaki titian awan dilangit
Terjatuh lagi dikertas yang kusam ini
Pena ini tak dapat kuhentikan
Terus menari tanpa henti
Jiwa yang tak bernada ini
Merindukan tembangmu kekasih
Tatapan yang tak berwarna ini
Merindukan coretan kuasmu
Dipenuhi angan mencoba melukiskanmu dalam kata
Tertempa nelangsa menggapai asa
Helaan nafas yang terbata-bata
Sampaikah pada waktu yang dinanti
Pemujaan makna melebihi benak
Telaga rindu tak mampu menahan gejolak
Apakah aku kamu hanyalah bayang semu
Entahlah biarkan Yang Terkasih berkehendak
Berpijak pada angan memilah lapisan tanah
Mencoba mencari tahu atas apa diri ini
Deru angin menjawab tanya
Kita dan taman sari bunga pujangga
Kutatap wajah nanarmu
Dingin kugenggam jemarimu
Menahan berwindu belenggu
Mengapa hari ini datang menjelang
Tak sanggup kutelusuri jalan yang telah kamu tempuh
Tak seberapa dayung yang kukayuh
Namun aku kamu dipertemukan diantara reruntuhan rumah tak bertuan
Inikah takdir duhai Pemilik Diri ini
Satu hari pintaku
Cintai aku
Milikmu
Selalu
Komentar
Posting Komentar