Biarkan Aku yang Pergi (chapter 12 : Sebuah Penantian)



Menanti matahari terbit Laluna menyeruput teh manis hangatnya. Sambil membuka halaman demi halaman majalah keluarga di meja balkon, dia membaca sebuah cerita tentang seorang tokoh perempuan nasional yang menjadi tajuk utama. Sesekali menyibakkan helai rambut panjangnya Laluna menoleh ke jendela kamar Mika yang kosong seminggu belakangan ini. Mika belum pulang dari Padang dan masih dalam perjalanan, ada sedikit rasa cemas dihatinya tetapi diyakinkan kepada dirinya bahwa Mika akan baik-baik saja. Lantunan music klasik dari kamarnya yang menggema di lantai atas rumahnya, membawa suasana tekun membaca topic di majalah keluarga, tokoh perempuan tersebut berkecimpung di bidang social kemasyarakatan, membentuk lembaga independen masyarakat untuk membantu anak-anak membaca dan menulis. Laluna terinspirasi dengan topic tersebut dan mencoba untuk mencari cara agar dia dapat juga melakukan kegiatan yang sama didesanya. Laluna merupakan sosok penyayang anak, hatinya selalu terenyuh dan ingin melakukan sesuatu yang berdampak kebaikan kepada seorang anak. Dia melihat bahwa anak-anak didesanya begitu ceria bermain dan belajar, meskipun dengan beragam kekurangan yang ada.

Tak lama berselang ibu menghampiri Laluna yang sedang membaca di balkon, sambil membawa sepiring pisang goreng untuk sarapan Laluna. Membelai rambut legam Laluna, ibu bercerita tentang buku-buku dan coretan lagu di kamar Mika yang kemarin baru saja dia bereskan di kamarnya. Menanyakan kepada Laluna tentang kekalutan yang tergambar jelas di hati Mika melalui lagu-lagunya, ibu khawatir dengan perkembangan anak bungsunya. Ibu bercerita dan Laluna menjelaskan bahwa memang seperti itu seorang musisi berkarya, meyakinkan ibu yang gundah bahwa adiknya baik-baik saja, membuat ibu sedikit merasa tenang meskipun masih merasa Mika perlu pengawasan yang lebih dari biasanya. Ibu menanyakan kepada Laluna sosok yang membuat Mika jatuh cinta, dia pun menceritakan tentang Raminah seperti yang sering diceritakan oleh Mika kepadanya. Laluna belum tahu banyak tentang Raminah tetapi karena adiknya bercerita secara terbuka kepadanya maka dia bisa menjelaskan kepada ibu bahwa Raminah adalah anak gadis warga yang berprestasi di sekolah adiknya. Laluna sebetulnya agak sungkan menceritakan ini kepada ibu, tetapi Laluna merasa ibu juga perlu tahu mengenai perkembangan Mika yang beranjak dewasa.

“Beritahu adikmu agar mengajak Raminah berkunjung ke rumah dan memperkenalkan dengan keluarga,” ucap ibu. Dia ingin anak bungsunya terbuka kepada dirinya dan tak perlu khawatir dimarahi atau lainnya. “Sebaiknya dikenalkan ke bapak agar bisa di jaga hubungannya dan ibu juga bisa mengawasi mereka kalau di rumah,” tambah ibu. Laluna kebingungan dengan permintaan ibu karena dia tahu bahwa adiknya sedang mengalami jatuh cinta yang bertepuk sebelah tangan dan mungkin akan sulit untuk mengajak Raminah untuk berkunjung ke rumah. Tetapi dia juga beranggapan permintaan ibu bisa jadi jalan keluar bagi Mika untuk menunjukkan kepada Raminah bahwa keluarga merestui hubungan mereka. Laluna mengamini permintaan ibu yang kemudian meminta kepada ibu untuk tidak terlalu khawatir dan meyakinkan kepada ibu bahwa Mika bisa menjaga dirinya dengan baik. Yang cukup mengagetkan bagi Laluna adalah ibu juga menyinggung tentang dirinya agar segera mengakhiri masa lajangnya dan menanyakan kabar mantan kekasihnya di ibukota. “Nduk, kapan kamu mulai membuka hati untuk mengakhiri masa lajangmu,” ujar ibu. Laluna sudah sedikit menduga bahwa perbincangan mereka akan mengarah ke dirinya, dengan gugup membuka-buka halaman majalah, dia menjawab dengan lirih bahwa dia sudah mulai membuka hatinya, dia  menjelaskan tentunya sebagai seorang perempuan dirinya tidak bisa secara aktif untuk mencari-cari pasangan atau jodoh.

Ibu tampaknya memahami kegugupan Laluna dan mencoba untuk memberikan masukan kepadanya dengan memberikan pilihan beberapa lelaki di desa yang memberanikan diri untuk menanyakan Laluna kepada bapak dan ibu, karena Laluna juga sudah cukup umur untuk berkeluarga maka ibu pun menanyakan hal ini kepada dirinya. Ibu ingin memastikan hubungan Laluna dengan mantan kekasihnya di ibukota agar apabila ada yang menanyakan putrinya, ibu memiliki kepastian jawaban. Ibu pun mengetahui sifat putrinya yang lembut dan perasa ini, dia tak ingin memberikan beban yang berlebihan kepada putrinya dengan mempertanyakan yang terlalu mendalam, baginya mengetahui bahwa Laluna siap membuka hatinya sudah cukup. Lantunan music dari kamar Laluna masih sayup-sayup terdengar pagi ini dan ibu pun kemudian turun ke lantai bawah untuk membantu bapak mempersiapkan kebutuhan kerja. Laluna kembali membaca halaman demi halaman majalah yang dipangkuannya, tetapi konsentrasinya kali ini agak kurang focus dengan pertanyaan ibu. Dia ingin sekali jatuh cinta seperti masa kuliah dulu tetapi tidak tahu bagaimana harus memulainya dan apa yang harus dilakukannya, dia lebih banyak menghabiskan rasanya ke guratan lukisan yang menjadi hobinya, tumpah bersama gejolak dihatinya, lukisan Laluna mewarnai nuansa kediaman bapak kepala desa Sukotjo.

Tak bisa dia pungkiri kenangan bersama mantan kekasihnya di ibukota mewarnai lukisan yang dibuatnya, sebagai sosok yang lugu dan pendiam, lukisan Laluna condong bernuansa romansa tentang kehadiran seorang kekasih dalam hidupnya. Banyak dari lukisannya tentang sosok seorang lelaki sendirian di alam. Lelaki di tepi pantai, lelaki mendaki gunung dan lelaki yang sedang menengadahkan wajahnya ke matahari serta rembulan menghiasi lukisan-lukisannya. Lukisan Laluna yang paling istimewa adalah lukisan dua pasang mata telanjang lelaki dan perempuan saling bertatapan satu sama lainnya dan lukisannya hanya menggambarkan matanya saja, saling menatap mesra. Tak lama berselang dia mengakhiri baca majalahnya dan masuk ke kamar lalu mulai kembali melukis. Setiap hari Laluna melakukan hal ini, jarang sekali dia keluar rumah, kalaupun keluar rumah mesti ditemani Mika dan dijadikan objek fotografi oleh adiknya. Kakak beradik yang di dera oleh derasnya gelora asmara dan melampiaskannya ke seni membuat kedua bersaudara ini mampu mengeksperesikan kekalutan di hati mereka masing-masing. Sambil saling bercerita, kedua bersaudara ini memang dekat dan menjadikan saudaranya sebagai sandaran hati untuk berkeluh kesah. Yang membuat prihatin sedikit adalah mereka berdua kurang memiliki bakat humor yang membuat sedikit sekali terdengar canda tawa di rumah. LIN

Komentar

Postingan Populer