Serenai Mata Air di Danau Air Mata



Kasih, bercerita tentang kita merupakan hal yang membahagiakan, sebab dengan bercerita dapat mengetahui apa yang menjadi keindahan cerita, yang bersamaan dengan itu pula dapat mengetahui apa yang menjadi kekurangan. Karena kita adalah bagian dari lingkungan maka memiliki kerelaan dan keleluasaan hati untuk saling berbagi tentang apa yang dilakukan. Menjadi mata air dalam kehidupan dan mampu mempengaruhi lingkungan merupakan kemampuan yang memiliki kualitas tersendiri, agar memiliki kemampuan tersebut tentunya segenap dari kita mengasah wawasannya sedemikian rupa. Segalanya menjadi ringan untuk dilakukan ketika menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan kerelaan. Segalanya menjadi indah untuk dirasakan ketika melaksanakannya dengan penuh keleluasaan hati, sebab segalanya akan berakhir kepada kualitas kehidupan, semakin berbuat bagi sesama, maka semakin bahagia kehidupan dengan sendirinya.

Seminggu ini terjadi bencana lagi di negeri kita, gempa di Situbondo, Jawa Timur dan banjir longsor di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Tetapi ada kabar bahagia juga, yakni pada perhelatan Asian Para Games 2018, negeri kita menorehkan prestasi yang luar biasa. Di luar dugaan bangsa Indonesia menduduki peringkat ke 5 dengan torehan medali yang dua kali lebih dari target yang ditetapkan. Jujur saja, rasa bangga yang berbalut rasa kesedihan ini menggumuli pikiranku sedemikian rupa, sehingga memunculkan kekalutan tersendiri di hati ini, bukan untuk terlalu melebih-lebihkan keadaan, tetapi kepekaan perasaan yang dimiliki sudah terlalu dalam dan harus diimbangi dengan segala bentuk aktivitas, agar tak menjadi kekalutan yang berlebihan. Rasa takut dan khawatir menyelimuti jiwaku, memang harus merasa takut dengan bagaimana takdir Sang Khalik bagi umat manusia, agar kita selalu saja menjaga diri kita dari hal yang buruk. Bagi kita yang merasakan kebahagiaan yang berkelindan dengan kisah kasih asmara yang menghampar ke udara, tentunya membutuhkan rasa takut ini agar tetap terjaga rasa kasih terhadap Sang Pencipta.

Teringat dengan sebuah buku pertamaku yang kubeli di tahun 1990an, saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di kampung halaman Cijantung, Jakarta Timur. Berjudul Refleksi Sepanjang Jalan : Sedang Tuhan pun Cemburu, karya budayawan Emha Ainun Nadjib. Bercerita tentang begitu banyak hal yang dimana diantaranya bagaimana Tuhan bekerja melalui takdirnya, dengan gaya penulisan yang lugas ia menggambarkan situasi kehidupan yang immaterial dan meta realitas. Sebagai sebuah buku merupakan risalah yang sulit untuk dilupakan dan benar-benar menjadi realitas kehidupanku sehari-hari. Yang menjadi kerisauanku sampai hari ini dari buku tersebut, adalah tentang waktu, dimana waktu tak dapat diatur lagi, waktu berjalan beriringan dengan takdir dan saling bergumul satu dengan lainnya. Hingga begitu banyak hal yang kita anggap penting tertunda dan begitu banyak hal yang kita anggap tidak penting terjadi begitu cepat serta menjadi refleksi bagi kehidupan bahwa penting atau tidak penting berada di luar kuasa kita, tetapi merupakan kuasa Illahiah yang tiada tawar menawar didalamnya.



Sesungguhnya ini semua merupakan pengulangan peristiwa demi peristiwa, setidaknya dalam dua dekade ini bangsa kita telah mengalami pengulangan peristiwa demi peristiwa yang begitu cepat sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk kemampuan negeri kita berbenah. Ingin menampilkan sebuah kegagahan dimana peristiwa demi peristiwa ini bukanlah akhir dari segalanya tetapi merupakan sebuah awal dari kebangkitan bangsa dari keterpurukan demi keterpurukan. Alas, tentunya apabila kutampilkan sebuah kegagahan saat ini maka kesombongan menyeruak ke angkasa dan masa hisabku dihadapan Tuhanku akan sangat pedih sekali apabila kulakukan ini semua. Menjadi tidak perlu pada akhirnya berbangga-bangga atas sebuah keberhasilan yang dimana beriringan dengan malapetaka, yang perlu kita lakukan hanyalah bersyukur atas setiap kebaikan yang terjadi dan bertawakkal dengan bencana yang terjadi, kemudian mengarah kepada pembenahan negeri yang sedang mengalami bencana. Segenap dari kita adalah makhluk pembelajar, tentunya selain ikhlas terhadap apa yang terjadi, dibutuhkan mempelajari agar bencana demi bencana ini dapat dengan tangguh dihadapi dengan pembenahan yang seksama dan membangun kembali reruntuhan yang ada dengan arif serta bijaksana.

Agar terhindar dari dampak yang sama tentunya kita perlu kembali mengkaji ulang tata ruang dan material yang digunakan untuk membangun kembali. Sebisa mungkin ramah lingkungan dan bencana, agar itu terjadi maka harus kembali ke kearifan lokal masyarakat sesuai daerahnya. Sehingga apabila terjadi kembali bencana, keselamatan jiwa menjadi prioritas utama. Apresiasi terbaik bagi para pihak yang berkontribusi langsung maupun tak langsung terhadap bencana di negeri kita. Tampak sekali putra putri negeri sedang dalam peak menanjak menuju bangsa yang gilang gemilang. Meski di terpa beragam tantangan, namun putra putri negeri Indonesia mampu bahu membahu untuk menjalani kepedulian terhadap sesama. Bangsa Indonesia sedang dalam jalur yang membanggakan, meskipun masih banyak kita melihat muda mudi bangsa yang terjerat narkoba dan perilaku pornografi serta seks bebas, tetapi tidak menyurutkan mayoritas remaja dan pemuda untuk berbuat yang terbaik bagi bangsanya. Apabila kita ingin yang terbaik bagi bangsa kita maka putra putri negeri maka kita harus memulainya dari diri sendiri. Eloknya banyak di antara pemuda Indonesia yang telah menjadi teladan yang baik bagi kalangannnya dan tak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang gandrung kepada kebenaran.

Sambil mendengarkan tembang lawas dari biduan Ebiet G Ade, berjudul Menjaring Matahari, yang refrainnya berbunyi : Roda jaman menggilas kita, terseret tertatih – tatih. Sungguh hidup terus di buru, berpacu dengan waktu. Tak ada yang dapat menolong selain yang disana, tak ada yang dapat membantu selain yang disana. Dialah Tuhan, Dialah Tuhan. Ada baiknya perlu menjaga semangat positif yang meruak di masyarakat. Kebutuhan untuk memerangi kejumudan berfikir dan meredakan sifat jahil serta mencoba untuk meredam letupan – letupan emosi sesaat agar sebagai insan yang berbudi pekerti luhur mampu menjaga kerukunan bersama. Sesungguhnya untuk berbuat sejuk itu memudahkan untuk saling berinteraksi dalam masyarakat, agar segalanya sesuai dengan natur dan kultur bangsa Indonesia perlu untuk menyempatkan waktu untuk menoleh sedikit ke belakang, pelajari sejarah. Sehingga kita putra putri negeri tidak terjebak pada pusaran labirin kepentingan sesaat yang bersifat sementara. Ada sebuah cita – cita luhur bangsa kita yang selalu digaungkan dari ke generasi ke generasi, bahwa kita bangsa Indonesia mencintai dan gandrung akan Ketuhanannya, Kemanusiaannya, Persatuannya, Kerakyatannya dan Keadilan Sosialnya. Peradaban bangsa kita memasuki masa dimana segenap dari kita membutuhkan kepedulian untuk saling asah asih dan asuh, agar menjadi bangsa yang adil dan beradab serta menjadi sebuah bangsa yang nyatanya arif dan bijaksana.

Saling mengingatkan, saling introspeksi diri dan saling mengisi satu sama lainnya dibutuhkan untuk mempertahankan kemajemukan dan keberagaman bersama. Oleh sebab itu, Kasih, aku ingin mengingatkan sebuah ungkapan tentang nilai yang sedang kita perjuangkan bersama. Tidak ingin terlalu kaku dengan keadaan tetapi ini semua harus tersampaikan. Agar engkau sang pemilik hati mengetahui dan kita dapat memahami perjalanan kemanusiaan bangsa dan sedang ada di lintasan waktu yang akan selalu mempersiapkan sebuah negeri yang gilang gemilang. Berjuang bersamamu begitu indah, hingga terlupa bahwa harus memiliki jeda, harus memiliki spasi dan harus memiliki titik agar setiap dari kitapun mampu meresapi setiap keberhasilan yang ada dan membenahi setiap kegagalan yang ada. Butuh waktu dan segalanya tak bisa mendadak, kecuali mendadak membelai rambutmu dan menciummu :D Rindu ini sekali lagi meruak ke angkasa dan aku tak sanggup memberikan jeda kepadanya, agar segalanya elok dan indah, mari kita isi hari – hari kita dengan kasih sayang kepada sesama. Agar hidup kita makin berkualitas dari waktu ke waktu dan mampu memberikan sebuah keindahan kepada jeda, spasi dan titik yang ada, sehingga segenap insan memberikan kesejukan kepada sesama tetap bersemangat dan optimis menghadapi keadaan serta masa depan negeri kita. Cheers 😉

Lagu berjudul Menjaring Matahari karya Ebiet G Ade dapat di simak di link berikut :
 

Komentar

Postingan Populer