Di Telaga Air Matamu
Kurenangi air mata ini
Kuberlalu sambil terdiam
Tanpa kata tanpa ucap apapun
Hanya lambaian tangan yang sanggup kuberikan
Menjelangi hari kutelusuri hijabmu
Terlalu buta untuk melihat
Terlalu tuli untuk mendengar
Terlalu bisu untuk berucap
Awan malam ini temanku sejak hari itu berlalu
Mendudukanku dalam angan ditemani tembang tentang kamu
Merindumu dipenghujung hari
Kutelanjangi kamu dikertas ini
Mendambamu sampai ketulang sumsum
Menorehkan namamu ditiap titik yang terangkai
Fana kuselami rasa ini
Kucumbu kamu dalam dawai-dawai asmaraku
Berteman dengan hijaunya rerumputan
Memadu kasih dengan ilalang
Jemariku menari diantara lompatan belalang
Kupu-kupu ini tak henti-hentinya menghampiri mimpi-mimpiku tentang kamu
Tak letih kamu hampiri mimpi-mimpiku
Ditiap helaan nafas tidurku
Rayuanmu tak habis-habisnya menyapa malamku
Merajut helaian kain rinduku ini
Menenun jutaan mimpi hari perjumpaan kita
Mengapa tetap kamu tulis namaku ditiap tetes tinta yang tertuang
Adakah rindu ini satu adakah nelangsaku juga nelangsamu
Kamu yang merindu aku yang tertikam belati asmaramu
Kelam kurasa tiap goresan penamu
Dipenghujung penamu aku terengkuh
Tinta ini mengalir bagai mata air yang tak pernah mengering
Kamu yang merindu aku yang terpanah terluka tersungkur
Kamu yang mendamba aku yang berkalang lumpur hina
Kuberlalu sambil terdiam
Tanpa kata tanpa ucap apapun
Hanya lambaian tangan yang sanggup kuberikan
Menjelangi hari kutelusuri hijabmu
Terlalu buta untuk melihat
Terlalu tuli untuk mendengar
Terlalu bisu untuk berucap
Awan malam ini temanku sejak hari itu berlalu
Mendudukanku dalam angan ditemani tembang tentang kamu
Merindumu dipenghujung hari
Kutelanjangi kamu dikertas ini
Mendambamu sampai ketulang sumsum
Menorehkan namamu ditiap titik yang terangkai
Fana kuselami rasa ini
Kucumbu kamu dalam dawai-dawai asmaraku
Berteman dengan hijaunya rerumputan
Memadu kasih dengan ilalang
Jemariku menari diantara lompatan belalang
Kupu-kupu ini tak henti-hentinya menghampiri mimpi-mimpiku tentang kamu
Tak letih kamu hampiri mimpi-mimpiku
Ditiap helaan nafas tidurku
Rayuanmu tak habis-habisnya menyapa malamku
Merajut helaian kain rinduku ini
Menenun jutaan mimpi hari perjumpaan kita
Mengapa tetap kamu tulis namaku ditiap tetes tinta yang tertuang
Adakah rindu ini satu adakah nelangsaku juga nelangsamu
Kamu yang merindu aku yang tertikam belati asmaramu
Kelam kurasa tiap goresan penamu
Dipenghujung penamu aku terengkuh
Tinta ini mengalir bagai mata air yang tak pernah mengering
Kamu yang merindu aku yang terpanah terluka tersungkur
Kamu yang mendamba aku yang berkalang lumpur hina
Komentar
Posting Komentar