Menulis Nafasmu Kekasih
Dalam kesendirian kumencoba menemanimu dalam kata
Yang maknanya hanya dapat disentuh oleh rasa
Hanyut dalam buaian asmara
Kumengenangmu dalam indahnya langit malam
Adakah yang aku dan kamu rasa sama
Hingga menghela nafaspun menjadi irama
Adakah degup jantung ini menari dalam untaian kembang malam
Hingga berdetakpun menjadi nada
Haruskah kulalui tapak jalan ini lagi
Berulang kali kutempuh bayangmu pun tak tersentuh
Benarkah aku mendambamu dalam coretan puisi
Makna kata yang tertulis menorehkan janji yang tak sampai
Hanya di dengar angin
Ingin menyentuh awan
Menggapai paras wajah rembulan
Diantara gemintang kutitipkan sedu sedan
Jauh jalan yang kutempuh
Mengayunkan langkah di titian langit
Mendekatkan telinga ke bumi sebutmu
Menanti perempuan kahyangan di tepi telaga
Berseri-seri kutampakkan wajah
Walau remuk hati dibuatnya
Ingin kubuang topeng ini
Namun topeng ini buatku bisa makan
Kepalsuan demi kemunafikan kulalui tanpa kenal lelah
Kulalui ini semua tanpa menoleh ke belakang
Akupun terus ayunkan langkah
Menghadap kebelakang berjalan mundur kedepan
Lelaki itu berteriak dalam kesepian
Hanya hampa yang menyapa kemudian
Perempuan itu menanti pangeran menjemput impian
Lambaian tangan perpisahan yang dia temukan
Nelangsa aku menunggumu dalam jutaan rindu
Asmara aku nantikan pelukmu dalam berwindu harapan
Pulanglah keharibaan kekasihmu
Dia menantimu dalam ambang kematian
Yang maknanya hanya dapat disentuh oleh rasa
Hanyut dalam buaian asmara
Kumengenangmu dalam indahnya langit malam
Adakah yang aku dan kamu rasa sama
Hingga menghela nafaspun menjadi irama
Adakah degup jantung ini menari dalam untaian kembang malam
Hingga berdetakpun menjadi nada
Haruskah kulalui tapak jalan ini lagi
Berulang kali kutempuh bayangmu pun tak tersentuh
Benarkah aku mendambamu dalam coretan puisi
Makna kata yang tertulis menorehkan janji yang tak sampai
Hanya di dengar angin
Ingin menyentuh awan
Menggapai paras wajah rembulan
Diantara gemintang kutitipkan sedu sedan
Jauh jalan yang kutempuh
Mengayunkan langkah di titian langit
Mendekatkan telinga ke bumi sebutmu
Menanti perempuan kahyangan di tepi telaga
Berseri-seri kutampakkan wajah
Walau remuk hati dibuatnya
Ingin kubuang topeng ini
Namun topeng ini buatku bisa makan
Kepalsuan demi kemunafikan kulalui tanpa kenal lelah
Kulalui ini semua tanpa menoleh ke belakang
Akupun terus ayunkan langkah
Menghadap kebelakang berjalan mundur kedepan
Lelaki itu berteriak dalam kesepian
Hanya hampa yang menyapa kemudian
Perempuan itu menanti pangeran menjemput impian
Lambaian tangan perpisahan yang dia temukan
Nelangsa aku menunggumu dalam jutaan rindu
Asmara aku nantikan pelukmu dalam berwindu harapan
Pulanglah keharibaan kekasihmu
Dia menantimu dalam ambang kematian
Komentar
Posting Komentar