Kutitipkan Rinduku pada Langit Malam

Bulan sabit ini kembali merayu
Bersama kerlip bintang mengintip jendela peraduanku
Sepi sendiri sesepi perjalananku ini
Sendiri

Mencoba mendatangi jejak angin
Hampa yang kudapati
Riuhnya kota metropolitan
Tak lagi mengisi relung jiwa ini

Adakah aku menapaki jalan sunyi ini
Terus begini sendiri jalani semua ini
Kemanakah kaki ini kulangkahkan kini
Tak cukupkah kulalui nestapa ini

Liana,
Yang selalu menemani direlung-relung kekosongan ini
Terlelap aku dalam buaian kehampaan
Hari berlalu tanpa kasihmu nelangsa aku dibuatmu

Rina,
Apakah ada aku disudut benakmu
Tangis ini pun tak sanggup lagi menyebut namamu
Abadilah kamu dalam guratan kertas kusam ini
Mengenangmu bersama cahaya rembulan
Mendayu-dayu ku dibuatmu
Matilah aku merindu

Selvia,
Perjalanan ini sudah sedemikian jauh
Tapi tak jua kugapai jemarimu
Berharap sentuhan kasihmu tanpa akhir kuberkelana
Ke utara ke selatan ke barat ke timur
Parasmu membenamkan kesadaranku
Terbangunku diketiadaan pelukmu
Rindu yang tak bertepi diperjalanan ini

Ingin ku terus menulis tentang kamu kamu dan kamu
Jadilah kalian bergumul melupakanku
Sementara aku masih disini merindu merindu dan merindu
Fajar kunantikan dalam gelapnya malam
Terjaga mata tak terpejam
Lelaki ini tak mampu lagi berharap kehendakpun tak lagi didalam benak
Mengikuti kehendak Yang Maha Kuasa
AmpunanNya yang coba diraih
Tak tahu lagi sampai sejauh mana dapat bertahan
Kejenuhan demi kejenuhan mendatangi sedemikian rupa

Acuh kepada sesama
Hilang bersama tiupan angin
Jatuh bersama gugurnya dedaunan
Bangkit bersama bunga yang bermekaran

Teras Atas, bukit cengkeh 26 mei 2012

Komentar

Postingan Populer