Melati Senja Menanti Fajar Menyingsing


Kususuri laju roda ini mencoba untuk menapaki jejakmu
Indah kulalui perjalanan ini mengenangmu dikata yang kamu tulis dan yang kamu ucap
Adakah rindu ini disambut angin semilir yang menerpa tubuhku
Biarlah dia berlalu menggenapi awan yang membisu
Tak dapatkah kutelusuri sujudmu untuk bumi Allah
Hingga pijakku tak mampu menjawab sapa senyummu kepada embun pagi
Jelang rupa negeri menantimu dalam asa abadi diperjumpaan hari ini
Menghela nafas yang disambut puji syukur atas hadirnya dirimu disanubari
Hujan yang dinanti akhirnya datang menjemput tanah negeri
Mengiringi langkahku menari dikilau lampu temaram jalan setapak
Kusentuh dedaunan yang basah oleh air mata yang terjatuh
Tak kuasa menikam tirani akupun tersungkur berbalut luka yang bernanah pertempuran kemarin
Sebut namaKu ketika rindu maupun bahagia ucapMu
Bersujud bagai ombak lautan kami akan selalu merinduMu
Ribuan depa shaf yang terbentang menanti teriak lantangmu
Sampai bumi terbelahpun akan tetap menantimu menggapai pelukNya sampai akhir waktu
Irama detak jantung kami tembang ibu pertiwi
Negeri yang kami pijak takkan jenuh menyapamu ditiap langkahmu
Duhai putra putri pertiwi kepalan jemarimu kami nanti
Meninju tirani ditiap sudut negeri sampai kolong langit tergelap pun kami datangi
Lupakan asmaraku asmaramu aku tak sanggup lagi merayu
Kubiarkan senyum simpulmu gemulai tarimu merdu tembangmu lembut jemarimu berlalu
Mengayuh ditelaga air mataku sendiri nelangsa diterpa cahaya rembulan menghunus kesunyian malam
Ditemani kerlip gemintang melupakan rinduku dan rindumu mengubur asa ditaburi kamboja dinisan bertuliskan januari tentang kamu
Kubiarkan segala tentang kamu menjadi debu ditiup angin malam
Relakan para santri benamkan tubuhku ditanah tempatku kembali
Dikaki gunung kumencoba meraba mati dipuncak gunung kumenerka apa kehendak hidup
Ayat demi ayat berlalu benamkan rinduku nelangsaku keangkuhanku kesombonganku duniaku hidupku dan matiku
Kan kuiringi kepak sayapmu dari sudut terjauh sanubariku
Terbanglah elang betinaku menembus awan merenangi langit sejauh kamu mau
Kita adalah titik yang dipertemukan garis dipisahkan kehendak batin
Gelapnya masa lalu kita lupakanlah jelang hari esok yang paripurna
Berhasta tanah tumpuan akar pepohonan bumi Allah menantimu untuk kamu pijak
Berjuta tetes air mata samudera tak kan pernah lelah menghampiri kokohnya batu karang
Demi waktu yang telah berlalu dalam penantianmu akan kemenangan
Merdekalah kamu dalam kehendak semesta memilih asa memilah rintang menggapai rasa dan bahagia
Keangkuhan ini akan segera berakhir
Pena ini satu hari akan berhenti menari
Lembut jemari ini tak lagi untukku lupakan hari yang telah berlalu
Ranting yang patah kupungut untuk kujadikan teman
Gugur dedaunan kususun kata yang tertulis sampai hari dimana pelita redup dan malampun menjumpaiku bertanya tentang jalan yang kutempuh untuk menggapai jemarimu

Komentar

Postingan Populer