Biarkan Aku yang Pergi (Chapter 10 : Mukenah Untuk Ibu dan Dawai Gitar Menemanimu)

Senandung cinta dalam doa
Senandung cinta dalam doa
Raminah merapihkan tasnya dan Komala pun bergegas packing peralatan menulis dan isi tasnya, hari terakhir study wisata di Bandung dan mereka diberikan kesempatan untuk singgah ke tempat-tempat perbelanjaan untuk membeli oleh-oleh. Para murid mulai antri memasuki bus yang akan mengantar mereka ke tempat perbelanjaan di Bandung, Wicak tampak sedang bergurau sesama atlet; Raminah, Komala dan Sanusi duduk di bus bagian belakang. Raminah tampak antusias dengan perjalanan study wisata, Komala dan Sanusi tak lagi digubrisnya, dia sudah mulai melihat masa depan yang akan dihadapinya di masa perkuliahan dan dia senang. Kehidupan perkuliahan yang mereka datangi memang ternyata sesuai dengan harapannya, ingin rasanya segera memasuki kehidupan kuliah, dirasanya begitu segar suasana di kampus.
Sesampainya di Cihampelas para murid mulai berhamburan menuju outlet-outlet belanja, setelah mendengar instruksi pak Kosasih mereka segera melihat-lihat suasana di Cihampelas. Raminah bersama Komala dan Sanusi melihat-lihat toko pernak pernik aksesoris, sementara Wicak segera menuju outlet aksesoris muslimah, berpisah dari teman-teman atletnya. Dilihatnya beragam kain jilbab dan pakaian muslimah yang ada, penjaga outlet pun menghampiri Wicak sambil bertanya apa yang menjadi minatnya. Komala dan Sanusi melihat-lihat aksesoris yang ada dan saling mencocokkan satu sama lainnya, dilihatnya sepasang cincin bermahkota rembulan dan gelang bermotif daun. Komala saling menawar dengan penjaga outlet sementara Sanusi membiarkan Komala memilih pernak-pernik kesukaannya. Sementara Raminah hanya melihat-lihat saja, gelang besi bermotif daun tersebut memikat hatinya, ukiran dedaunan yang bertangkai membuat gelang tersebut begitu anggun.
Tetiba Wicak menghampiri Raminah membawa bingkisan berisi mukenah. ”Minah, kubelikan mukenah untuk ibumu dan sajadah untuk bapak,” ucap Wicak. Terkaget dengan kehadiran Wicak yang tiba-tiba menegurnya, Raminah menerima bungkusan tersebut. “Wicak kamu tak perlu membelikanku sesuatu, apalagi mukenah dan sajadahnya begitu indah, pastinya mahal,” ujar Raminah. “Tak apa Raminah, aku senang bisa membelikanmu sesuatu, dan harganya terjangkau, jangan khawatir,” ucap Wicak. Terharu dengan pemberian Wicak, Raminah merapihkan bingkisan yang diberikan olehnya, terbayang wajah bapak dan ibu di Magetan, dia tak menyangka Wicak akan sampai sejauh ini mencoba untuk menyenangkan dirinya. Tetiba Raminah teringat dengan Mika, entahlah ketika Wicak berbaik hati kepadanya sepanjang perjalanan, benak Raminah bergelayut kepada Mika, yang dia  tak habis pikir mengapa Mika tak ikut study wisata ini, kemana Mika.
Komala datang menghampiri kemudian menegur Raminah, dari lamunannya terjaga dia menoleh kepada Komala, kemudian Raminah meminjam komiknya untuk dibaca diperjalanan, hatinya gusar dengan segala yang terjadi diperjalanan ini, dibukanya lembar demi lembar komik dengan sesekali mengintip Wicak yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Komala meledek Raminah melihat tingkah lakunya yang sesekali mengintip Wicak, sambil mencolek pinggang Raminah, Komala memberi isyarat agar Raminah menghampiri Wicak, tetapi Raminah tak menggubrisnya, dia malah menerawang ke jendela bus sambil memilin renda bantal bus dipangkuannya. Jatuh cinta dan berada diantara dua pilihan membuatnya gundah, dan tak terbiasa dengan perasaan ini, dia mengalihkan perhatiaannya ke sahabatnya Komala, setidaknya dia ingin tahu yang dirasakan Komala ketika bersama Sanusi.
***
Mika beranjak dari masjid kampus, dirapihkannya brosur dan formulir pendaftaran dan dimasukkannya ke tas, ia segera melanjutkan perjalanan, menuju gerbang kampus diperhatikannya abang dan kakak mahasiswa-mahasiswi yang berlalu lalang, ia merasakan nuansa baru di dunia perkuliahan, suasana belajar yang berbeda, yang biasanya disekolah semuanya berbarengan, diperkuliahan terlihat berkelompok-kelompok, dan banyak diantaranya juga yang sendirian. Rasa takut menghampirinya, suasana baru tanpa mengenal siapapun di kampus ini, dilihatnya ada kakak mahasiswi yang sedang duduk di bangku taman kampus dan ditegurnya. Mika menanyakan rute perjalanan ke Universitas Bung Hatta, kakak mahasiswi tersebut kebetulan hendak pulang kuliah, Mika berkenalan, kakak mahasiswi tersebut memperkenalkan dirinya, Melati namanya, berbarengan menemani Mika menuju gerbang kampus.
Diperjalanan menuju Universitas Bung Hatta, Mika banyak bertanya, sebagai sosok yang pendiam, berada diperantauan, ia memaksakan dirinya untuk banyak berbicara agar menghilangkan rasa takutnya di tempat baru ia singgahi tersebut. Sepanjang perjalanan Melati menjawab cerita-cerita Mika dengan ramah dan antusias, diapun banyak memberikan masukan kepada Mika untuk bekalnya berkuliah nanti, sebagai sosok yang lebih dewasa Mika merasakan nyaman dengan penerimaan kakak mahasiswi tersebut. Di ceritakan oleh Melati tentang suasana lingkungan di Padang agar Mika dapat mudah bergaul dan beradaptasi, dia melihat ke khawatiran di wajah Mika yang dianggapnya wajar, karena hendak lulus kuliah dan sudah langsung melangkahkan kakinya ke perantauan sendirian.
Melati menanyakan aktivitas Mika di Magetan, menuju kampus Bung Hatta, Mika banyak bercerita tentang kegiatan bermusiknya yang hingga kini ia geluti bersama teman-temannya. Melati antusias mendengar Mika pandai bermain gitar dan mencipta lagu, sesekali oleh Mika dipinjamkannya headset mbak Laluna agar kakak mahasiswi itu bisa mendengar beberapa lagu ciptaannya. Sedikit terhanyut dengan tembangnya Mika, Melati juga bercerita tentang kisah kasih di kampus yang mewarnai perkuliahannya, diceritakan oleh kakak mahasiswi tersebut bahwa dia sedang jatuh cinta dengan kakak kelas semester akhir dan diceritakannya pula bahwa hingga saat ini belum mampu mendapat kesempatan untuk menyampaikan perasaannya.
Mika tertegun mendengarkan cerita kak Melati dan mencoba untuk memberikan dukungan tetapi bingung untuk mengungkapkannya karena ia merasakan hal yang sama di Magetan. Sesekali Mika menanggapi curahan hati kak Melati, ia sesungguhnya bingung, ada juga perempuan cantik yang bisa jatuh cinta kepada seseorang dan laki-laki tersebut tidak mengetahuinya. Betapa malangnya mereka berdua apabila berujung pada cinta bertepuk sebelah tangan, kemalangan yang sama dengan yang Mika rasakan dan menghantui dirinya selama beberapa tahun belakangan di Magetan. Kemudian Mika juga memberanikan diri untuk bercerita tentang kisah cintanya kepada Raminah dan hal-hal yang ia lakukan untuk menarik perhatian Raminah. Melati kemudian tersenyum mendengar segala tingkah polah yang Mika ceritakan, sedikit sekali bahkan hampir tidak ada lagi dia mendengar ada seorang pemuda yang mencoba mendekati perempuan dengan berbagai cara seperti Mika.
Melati senang sekali mendengar cerita Mika, dan dia berpikir seandainya Mika seperti itu di kampus nantinya, tentunya akan ramai sekali kampus. Dia merindukan masa-masa romantis perkuliahan dan sedikit banyak memperhatikan cerita Mika yang dijadikannya tips untuk mendekati kakak kelas semester akhir pujaannya. Kemudian Melati mengantarkan Mika sampai Universitas Bung Hatta, ditemaninya Mika masuk ke kampus dan melihat-lihat suasana kampus yang bersahaja, teduh dan nyaman. Di kampus tersebut mereka menuju kantin dan melanjutkan obrolan mereka, kebetulan meski Melati kuliah di Universitas Andalas, dia juga punya beberapa teman yang kuliah di Universitas Bung Hatta, diperkenalkannya teman-teman di kampus tersebut kepada Mika dan iapun kembali banyak melontarkan pertanyaan, beberapa mahasiswa kampus tersebut juga ada diantaranya yang perantauan sehingga mereka dapat bercerita kepada Mika tentang menjalani hidup di tempat baru. Mereka juga merekomendasikan tempat indekos yang layak dan bagus di Padang agar Mika dapat leluasa di kota tersebut, bahkan ada beberapa diantara mereka yang menawarkan untuk Mika agar dapat menginap sementara waktu di indekos mereka.
Karena Melati tahu Mika pandai bermain gitar, dia meminjamkan gitar di kantin kampus untuknya dan memintanya untuk memainkan tembang-tembang ciptaannya. Mulailah Mika memetikkan gitar dan melantunkan lagu kesukaannya, mendengar kemampuan Mika bermain gitar, para mahasiswa dan mahasiswi di kantin tersebut beberapa diantaranya menghampiri mereka dan berkenalan dengan Mika, menjadi pusat perhatian, Mika sedikit tersipu dengan perhatian yang diberikan oleh abang dan kakak mahasiswa di kampus tersebut. Terlintas di benak Mika, di kota seindah ini ia merindukan Raminah dan masih saja menembangkan lagu favoritnya untuk dikenang, seandainya Raminah berada disini, dia pasti senang melihat keindahan Sumatera Barat dan kota Padang gumamnya di hati.

Komentar

Postingan Populer